Jumat, 05 September 2008

"Suatu Hari Yang Indah" - part 4


Ratna berjalan kaki melihat-lihat rumah disepanjang jalan, mencocokkan dengan secarik kertas (amplop surat dari neneknya yang datang ke penjara).
Tanpa Ratna sadari, Aida terus membuntutinya sejak ia keluar dari pintu penjara.

Akhirnya Ratna sampai di depan rumah Nura. Seorang tetangga yang melihatnya memberitahukan kalau rumah itu kosong dan Nura sedang sekolah. Ratna pun pergi ke sekolah hendak mencari anaknya.

Nura yang baru keluar kelas hendak pulang, mendadak berhenti saat melihat Ratna berdiri di halaman sekolah. Ia berlari ke belakang sekolah. Alia mengejar dan menangkap tangan Nura. Merekapun berdebat lagi. Nura tampak sangat marah, malu, sedih, kecewa, campur aduk. Emosinya meledak-ledak.

"Dengar ya, Al.. yang gue tau.. nyokap gue udah mati! Kebakaran! Dan ilang semua tentang dia!" Nura menangis..
"Dari dulu, dari gue kecil.. nenek selalu bilang kalo orang tua gue ada di surga! Sekarang.. tiba-tiba dia datang...dari penjara pula! Karena membunuh, Alia! Dan gue enggak bisa terima dia gitu aja!"
"Oke. Kalo lo gak mau, gue yang akan nemuin dia!" Kata Alia yang lalu berbalik pergi menemui Ratna.

Ratna memeluk Alia yang dikiranya anaknya. Alia hanya berdiri tak membalas pelukan Ratna. Ia bingung harus ngapain. Alia mengajak Ratna pulang ke rumah Nura.
Alia dan Ratna jalan bersisian, Ratna berada satu langkah dibelakang Alia. Melewati tempat Aida bersembunyi. Setelah mereka lewat, Aida keluar dari tempat persembunyiannya dan menatap kepergian mereka.

Tapi dari belakang Aida, Nura lewat sambil ngedumel.
"Gue gak akan sudi, nerima ibu yang bekas napi!"
Aida kaget, lalu menoleh pada Nura. Kemudian Aida menghadang, dan membawa Nura pergi.

Aida adalah neneknya Nura (ibu dari lelaki korban pembunuhan Ratna).
Di sebuah villa, dengan berapi-api Aida bercerita, ingin mengisi kepala Nura dengan kejelekan ibunya. Aida menceritakan kalau yang dibunuh oleh Ratna adalah ayahnya Nura. Nura pun menangis tiada henti..

Ratna mendekati Alia (yang dikira anaknya) yang sedang tidur di kamarnya. Sementara mengira anaknya tidur, Ratna membuat pengakuan dosa kenapa dia mambunuh...
Sambil bercerita Ratna membayangkan kembali...
Saat Rey merangsek maju dan menabrak tubuhnya..
Aida yang melipat tangan di dada memandang sebelah mata padanya..
Terbayang saat nenek yang menamparnya...
Terbayang saat ia memegang test pack yang menandakan kalo ia sudah berbadan dua...
Terbayang saat ia meminta pertanggungjawaban dari Rey, tapi Rey malah menertawakannya dan menudingnya tidur juga dengan laki-laki lain..
Terbayang saat ia meraih sebuah botol minuman dan memukulkannya ke meja hingga pecah, dan yang terpegang adalah lehernya dengan badan yang runcing-runcing akibat pecahan....
Dan terakhir, terbayang saat ia menyerang Rey dengan pecahan botol ditangan...

Ratna menangis, meremas tangannya yang saling bertaut, menahan perasaannya.
"Sungguh beban yang berat mengandung anak hasil perkosaan. Tapi ibu nggak pernah berniat untuk membuangmu, menggugurkanmu. Karena ibu nggak ingin menambah dosa lagi.."

Alia yang pura-pura tidur ikut menangis mendengar semua cerita Ratna. Alia menyusut matanya, berbalik. Dan turun dari tempat tidurnya, menyentuh bahu Ratna yang berguncang keras karena tangis yang hebat. Bagai gunung es yang mencair, Alia dan Ratna saling berpelukan dalam tangis...

Di sekolah, Nura menceritakan semua beban dihatinya pada Rafi. Rafi merangkul Nura penuh kasih.
Rizal dkk yang tidak sengaja lewat, tampak kaget saat mendengar apa yang dikatakan Nura. Sorot mata Rizal berubah, sepertinya dia merencanakan sesuatu...

Entah darimana sumbernya, satu sekolah sudah pada tahu kalau ibunya Nura seorang pembunuh. Terbukti saat Nura berjalan dengan Rafi melewati segerombol anak-anak, mereka langsung berbisik menceritakan ibunya Nura. Awalnya Nura sok cuek. Tapi akhirnya Nura tidak tahan dan marah. Nura pun membentak Alia yang berusaha menenangkannya..

Rafi membawa Nura pulang ke rumahnya. Melihat Nura menangis, maminya Rafi menghampiri dan bertanya pada Rafi. Sebagai anak yang baik Rafi berkata jujur apa adanya tentang masalah Nura termasuk tentang ibunya Nura yang baru keluar dari penjara karena membunuh. Maminya Rafi mengajak Rafi ke dalam untuk bicara. Sambil berbisik-bisik, maminya Rafi menyuruh Rafi untuk memutuskan hubungannya dengan Nura.
Pembicaraan mereka terdengar jelas oleh Nura. Nura langsung bangkit berdiri dan berlari pergi sambil menangis...

Saat terdengar ketukan pintu, Ratna bergegas menuju pintu dengan antusias dengan harapan Alia yang datang. Begitu Ratna membuka pintu... pintu langsung didorong dari luar dengan kasar sehingga Ratna terdorong. Dan yang membuatnya tercengang...
ternyata Aida!
Dengan emosi Aida menanyakan cucunya (Nura). Aida menoyor kepala Ratna dengan kasar. Tapi Ratna tetap diam tanpa perlawanan. Ratna sangat ketakutan dan menangis..
Tiba-tiba Nura datang..
"Nggak usah menangis! Tangisan kamu enggak akan bikin aku iba! Asal kamu tau, ya..
semuanya berantakan, sejak kedatangan kamu! Aku diledek teman, dipojokkan, ditinggalkan pacar, karena punya ibu pembunuh! Kenapa sih, kamu harus datang?! Kamu kepingin hidupku hancur?!"

Ratna tertegun. Ia merasa nggak yakin.. sampai dia melihat kalung yang dipakai Nura. Kalung yang dulu dililitkan ditangan bayi mungilnya. Ratna sadar...bahwa gadis yang ada dihadapannya adalah anaknya!
"Ya Alloh.. k-kamuu.. kamu masih memakai kalung itu, nak?!"

Nura bagai tersadar, menunduk, melihat kalungnya dan sekonyong-konyong...
Nura menarik kalung itu hingga terlepas, dan..
"Kamu pikir, dengan aku masih memakai ini, berarti aku bisa menerima kamu?!"
Dan, Nura membuang kalung itu ke muka Ratna. Lalu Nura berbalik dan pergi. Aida tersenyum puas, lalu mengikuti Nura.
Ratna jatuh terduduk, menangis, dan memungut kalungnya, merasa dunianya akan berakhir.

Alia mendorong pintu yang tak tertutup dan mendapati Ratna terduduk di lantai, menangis. Tangannya menggenggam kalung Nura. Alia lalu membantu Ratna untuk bangkit dan membawanya ke kursi. Alia mencoba untuk menguatkan Ratna.

Di sekolah, Nura tampak menghindari Rafi. Rizal yang melihat Nura sendiri, lalu menghampiri. Rizal mempengaruhi Nura dengan menyalahkan Rafi, sengaja karena mau menjadi pahlawan buat Nura.

Di rumah Nura, Ratna sedang bersama Alia, membuat kue. Mereka berman-main dengan adonannya. Alia mencoletkan tepung ke pipi Ratna. Alia sedang berusaha menghibur Ratna yang masih terpukul dan sedih karena sikap Nura. Dan berhasil! Ratna tampak tertawa dan membalas perlakuan Alia. Mereka tertawa, terlihat bahagia.
Disaat itulah Nura muncul dan melihat keakraban mereka!
Nura dilibas iri, cemburu, marah, masih kesal.. menjadi sinis.

"Nura?! Akhirnya kamu pulang, nak.." Ratna menjadi gugup.
"Pulang?! Kenapa juga aku yang harus pergi?! Ini rumahku, rumah nenekku! Kenapa sekarang harus kalian yang ada di sini?!" Jawab Nura sinis.
"Nuurr.. ibumu tetap ibumu.. apa kamu lupa?!" Alia mencoba menenangkan.
"Mendingan lo pergi aja, Al! Bukan di sini tempat lo! Jangan mendekat dan berbaik hati pada dia lagi!" Nura menunjuk pada ibunya dengan telunjuknya.
Alia dan Nura lagi-lagi berdebat. Dan akhirnya Alia pun pergi.

Malam harinya.
Nura sedang mencuci piring, piring bekas makannya sendiri. Ratna datang dan membawa piring-piring kotor. Lalu ikut mencuci di bak dimana Nura sedang mencuci.
"Ibu bantu ya?!" Ratna berusaha berbaik-baik.
"Aku udah bisa nyuci piring dari kecil tanpa diajarin seorang ibu! Nenek yang ajarin aku mandiri, bisa mengerjakan semuanya sendiri. Jadi aku nggak butuh kamu!" Nura menjawab sinis, lalu pergi.

Ratna memang sakit hati dengan sindiran Nura, tapi Ratna menelannya dalam-dalam, berusaha mengerti.

Tiba-tiba terdengar bunyi klakson. Nura keluar dari rumah. Ternyata Rizal dkk menjemputnya. Dia menunggu di mobil. Ratna keluar untuk melihat siapa yang datang. Saat matanya bertemu dengan mata Rizal... tiba-tiba terbayang mata Rey waktu mau memperkosanya! Mata yang beringas terpengaruh minuman alkohol!

Rizal senyum-senyum bak srigala yang lapar anak domba!
Ratna memanggil dan meyusul Nura yang sudah mau sampai di mobil Rizal, berusaha untuk menghalangnya pergi. Namun Nura nggak peduli, ia langsung lompat ke dalam mobil Rizal. Dan Rizal melajukan mobilnya tanpa mempedulikan teriakan Ratna.

Rafi yang melihat kejadian itu langsung menghampiri Ratna. Alia yang ditelepon Rafi langsung bergegas menuju rumah Ratna. Ratna tampak gelisah. Firasatnya gak enak. Rafi berusaha menenangkannya. Setelah Alia datang, merekapun segera menuju rumah Rizal.

Di dalam rumah Rizal, Nura sedang memainkan piano. JRENG JRENG JRENG nggak jelas, mengungkapkan kemarahannya, kekesalannya, yang numpuk jadi satu.
Di belakang Nura, tampak teman-temannya Rizal mulai teler. Di meja ada berbotol-botol minuman. Ada pil-pil. Yang masih kuat cuma Rizal, meski sebenarnya dia juga sudah terpengaruh minuman.

Melihat temannya udah pada teler, Rizal mendekati Nura. Langkahnya sempat terhuyung. Sampai di piano, Rizal bersandar. Nura masih memainkan pianonya, sampai dia tersadar kalau Rizal menatapnya dengan pandangan... beringas!

Nura langsung menjatuhkan jari-jarinya di piano. JRUUUENGG! Mundur waktu Rizal mendekat.
"Kamu mau apa, Zal...?!"
Nura mulai ketakutan, mundur-mundur karena Rizal terus maju seperti mau menerkam.
"Zal, sadar, Zal... Ngapain kamuu..?!
Tapi Rizal terus maju tanpa jawaban. Nura semakin takut. Apalagi ketika Rizal mulai menyentuhnya.
"Zal, jangan, Zaaal... kamu mau apa?! Rizal, jangaaaaann.....!"
Nura sangat terdesak ketika terdengar suara ibunya..
"Hentikaaaaaaannn....!!" Ratna menyerang Rizal dengan tongkat. Ratna menyerang bertubi-tubi seperti orang kalap.
" Akuuuu...nggak akan.. biarin kamu.. merusak anakku!!"

Rizal tampak marah, dan balas menyerang Ratna. DUUUKK! Rizal menyodok perut Ratna. Ratna langsung melintir. BUUUKK! Ratna dipukul jatuh! Ratna terdesak dan tak berdaya.
Nura tersadar, dan memburu ibunya.

Melihat lawannya terkapar berlumuran darah, Rizal melarikan diri, ketakutan.
Nura memangku kepala ibunya. Tangannya ikut berdarah-darah. Nura mengusap pipi Ratna yang lebam sambil menangis.
Ratna melepas kalungnya dan memakaikannya kembali di leher Nura...

"Buu, ibuu... jangan pergi, bu..." Nura menangis.
Rafi dan Alia enhampiri mereka, merangkul Nura dan membagi kekuatannya.

Pagi itu, tampak Nura tengah memegang kotak kayu peninggalan neneknya.
Nura membaca surat-surat ibunya untuk neneknya satu-satu..

Jangan bilang kalau aku ada.
Aku tak ingin jadi aib baginya...
Katakan kalau kami berada di surga,
dan akan menunggunya di sana...
Aku ingin dia bahagia, buu...
maka biarkan aku dianggap mati,
asal dia tak menanggung malu...
Aku kesepian...
Dan kerinduan yang menusuk tulang,
adalah siksa yang paling kejam selama aku dipenjara, buu..
Adakah tersisa maafmu, untuk separuh lagi sisa hidupku..?!

Nura tampak sangat menyesal. Dia menangis sambil memeluk surat-surat ibunya.

Siang itu, Aida dan Irawan datang untuk menjemput Nura. Namun Nura menggeleng, menolak ikut mereka. Nura memilih disamping ibunya.
Aida tampak kecewa. Dia memeluk Nura dengan erat seolah tak ingin melepaskannya.
Irawan melepaskan Aida dari Nura. Setelah memeluk Nura dan menjabat tangan Ratna, merekapun pergi. Aida menangis, sesekali menoleh pada Nura.
Nura melambaikan tangannya, lalu menoleh dan tersenyum pada Ratna.
Nura lalu memeluk Ratna, sambil bergumam...
"Buuu..."

Ibu... satu kata yang rindu kudengar terucap oleh anakku.
Alhamdulillaah Ya Alloh, segala puji dan syukur kehadirat-Mu.
Suatu hari yang terindah dalam hidupku,
saat aku mendapat kata maaf dari anakku..
Adakah yang lebih indah, selain mendapat kesempata yang kedua?!
Dan aku ingin menebus semua waktuku yang hilang ersamanya...

Nura dan Ratna saling ebrangkulan, masuk ke dalam rumah.



S E E S A I
*****************

Note :
Ada beberapa bagian yang tidak aku tulis disini...
Untuk cerita lengkapnya, saksikan aja FTV "Suatu Hari Yang Indah" tanggal 18 September 2008 jam 9 malam hanya di Indosiar.

Nonton ya :)

1 komentar:

Fian mengatakan...

beb,,klo boleh sdikit aku cerita..jujur sbelumnya emang aku gag pernah liat km or gag kenal ama kamu..tapi setelah kamu maen film Suatu hari yang indah,,aku baru mengenal km..