Rabu, 03 September 2008

"Suatu Hari Yang Indah" - part 2


Ratna mengejan, mendorong nafasnya habis2an. Wajahnya bersimbah keringat. Ratna yang hanya berpegang pada ranjang besi tempatnya melahirkan tanpa ada tangan seorang suami yang menguatkan.

Aku berjuang antara hidup dan mati, sendiri.
Aku ingin hidup, karena ingin melihat ia tumbuh besar.
Ia tetesan darahku.
Tapi aku ingin mati, karena aku tak ingin jadi aib dan dibenci...

(Ratna bergumam dalam hati)

Tak lama kemudian terdengar suara tangis bayi, bersamaan dengan Ratna yang kehabisan tenaga terkulai lemas..
Ratna berusaha tegak saat diperlihatkan bayinya yang sudah dimandikan.

Tapi...sakitnya rasa melahirkan,
tidak sebanding dengan sakit ,
saat aku dipisahkan...
jaaaauuuuh lebih sakit...

(Suara hati Ratna lirih)

Ratna melepaskan kalungnya, dan melilitkan kalung itu di tangan bayinya.
Tangan mungil bayi itu menggenggam erat telunjuk Ratna, ibunya.. seolah tak mau melepaskannya.
Sampai akhirnya...tangan bayi itu terlepas dari telunjuk Ratna kerena sang bayi diambil alih oleh perawat.
Saat itu juga sang bayi menangis kencang. Ratna menitikkan air mata.
Tangan mungil bayi yang memakai lilitan kalung ibunya itu, menggapai-gapai, seolah memanggil ibunya..
Sungguh ikatan bathin itu memang ada, sang bayi sudah merasa akan ditinggalkan.
......

Gelang kalung lilitan itu kini dipakai oleh seorang gadis, NURA yang sedang memainkan piano sambil bernyanyi di sebuah pesta anak muda.
Disitu juga ada Rizal dkk yang mengiringi Nura dengan band. Ada Alia yang kagum sama sohibnya yang bisa nyanyi. Dan ada Rafi yang gak terlalu suka dengan pesta, berdiri di sudut memperhatikan Nura.
Alia dan dua orang temannya menarik Nura untuk menari. Nura pun koreo dengan lincah, tampak menikmati suasana itu.

Sementara itu di lain tempat, nenek batuk-batuk lalu beringsut berusaha meraih minuman di atas meja di samping tempat tidur.

Rizal memberikan mic pada Nura. Begitu Nura mau nyanyi, NGUUUUUUNGG!.. suara mic-nya memekakkan telinga. Nura refleks menjauhkan mic-nya.
Disaat yang sama, nenek jatuh dari tempat tidur dan terkapar dibawahnya.
Nura langsung diserang perasaan nggak enak. Nura menggamit lengan Rafi mengajaknya pulang dengan tergesa.

Sasampainya di rumah, Nura terkejut mendapati neneknya terkapar di bawah ranjang.
Rafi segera mengangkat nenek, mengembalikannya ke ranjang.
Nenek tampak lemas, nafasnya sudah sesak dan tinggal satu-satu.
Nura menangis menyesali kepergiannya menghadiri pesta dan meninggalkan nenek sendirian di rumah.
Dengan susah payah nenek mengangkat tangannya seperti mau mengatakan sesuatu. Namun suaranya tercekat di tenggorokan.

"K-kamuu..kamuu..maaas-sih.. puunyaa iii-i-ibu, Nur.."
Terdengar suara nenek parau, patah-patah..

Sejenak Nura kaget. Terdiam. Tapi kemudian nenek lunglai. Nyawa sudah terlepas dari badan. Nurapun menangis histeris...

Tidak ada komentar: